Kumuh, tertinggal dan tidak tertata adalah anggapan lumrah ketika seseorang membayangkan perkampungan nelayan. Hal ini terjadi karena wilayah pesisir acapkali luput dari proses pembangunan. Perkampungan nelayan hanya sebatas tempat penangkapan dan pengolahan ikan beserta kawan-kawan. Menyedihkan.
Namun, pemandangan berbeda saya temukan di kampung nelayan Bulak sekarang. Bulak telah berbenah. Bulak yang dulu bukanlah yang sekarang. Di kawasan pesisir Surabaya ini telah dikembangkan destinasi wisata yang tersinergi. Artinya, ada koneksi antar wisata dengan lainnya karena jaraknya relatif dekat. Di kampung wisata Bulak ini setidaknya ada Taman Suroboyo, Patung Suroboyo, Taman Bulak dan Sentra Ikan Bulak (SIB).
Hari itu bertepatan dengan akhir pekan. Beberapa mobil dan motor sudah terparkir menandakan jika Taman Suroboyo sedang kebanjiran wisatawan. Taman Suroboyo adalah salah satu dari sekian taman yang ada di Surabaya. Agak berbeda dengan taman lainnya karena di sini terdapat ikon Kota Surabaya berupa patung raksasa “Suro” dan “Boyo”. Patung yang dibuat di Bali itu tingginya sekitar 25 meter dengan diameter 15 meter. Saking favoritnya untuk berswafoto, tiap pengunjung dimohon bersabar bergantian atau mengalah untuk mencari angel fotolain.
Jika dihitung, sudah dibangun tiga patung Suroboyo yang menjadi ikon Kota Surabaya. Yang pertama berada di depan Kebun Binatang Surabaya. Kedua berada di Kalimas, depan Skate Park. Dan yang ketiga di Taman Suroboyo ini. Bisa dikatakan ini adalah “Mbah-e patung Suroboyo” karena paling tinggi dan besar dibanding sebelumnya.
Di area taman seluas sekitar 11.900 meter persegi ini menyediakan ragam permainan anak-anak. Mulai dari yang gratis seperti perosotan atau yang berbayar seperti layangan dan mobil-mobilan. Mayoritas yang datang adalah rombongan keluarga besar.
Ada momen asyik yang saya temui di sini. Bukan remaja yang sedang pacaran karena ada aturan tegas dilarang pacaran. Saya melihat ada rombongan keluarga yang duduk santai beralaskan tikar. Mereka lalu membuka bekal dari rumah dan saling berbagi makanan. Mereka tampak bahagia dan hangat sekali. “Bahagia itu memang sederhana,” batin saya.
Jika merasa ada hembusan angin kencang, maka itu adalah angin laut Selat Madura. Taman Suroboyo ini menghadap ke laut lepas, tepatnya Pantai Kenjeran. Wajar saja jika ada perahu kecil tak bertuan yang bersandar di bibir pantai. Anak-anak tak malu berlarian sedang orang tuanya memilih duduk sambil menyantap camilan dan minuman. Saran saya, orang tua wajib selalu mengawasi anak-anak. Selalu jaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya. Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak kaki. Jangan mengambil apapun kecuali gambar.
Tak jauh dari Taman Suroboyo, cukup menyeberang jalan, sudah sampai di Taman Bulak. Ukurannya memang lebih kecil dibanding Taman Suroboyo. Taman ini lebih rimbun tanaman hijau dengan aneka bunga yang bermekaran. Oksigen melimpah ruah di Taman Bulak.
Saya tersenyum sejenak saat memandangi keceriaan anak-anak yang memadati Taman Bulak. Ternyata arek-arek Suroboyo ini masih banyak yang bermain di ruang terbuka semacam ini alih-alih bermain gawai. Saya yakin ini berkat taman yang nyaman dan fasilitasnya yang ramah anak. Ada arena bermain anak seperti ayunan, jungkat jungkit, dan perosotan. Dan untuk remajanya bisa memanfaatkan lapangan futsal outdoor lengkap dengan karpet sintetisnya
Sesekali terdengar sorak-sorai dari dalam lapangan futsal ketika salah satu berhasil memasukan bola ke gawang. Saya kira Taman Bulak ini telah berhasil menciptakan kegiatan yang positif dan menyehatkan secara gratis.
Berjalan kaki mengelilingi taman memang menguras tenaga. Saat perut mulai “memberontak”, waktunya mengisi asupan gizi dengan mampir ke Sentra Ikan Bulak (SIB) yang berada persis disamping Taman Bulak. Bangunan dua lantai ini menyuguhkan aneka hasil olahan ikan laut Surabaya. Cocok untuk mengisi perut sekaligus buah tangan.
Lantai pertama dihuni beberapa lapak UMKM yang menjajakan Oleh-oleh Khas Pesisir seperti kerupuk ikan, kerupuk udang, terasi, abon ikan dan sebagainya. Jika ingin menyantap makanan berat harus naik ke lantai dua karena di sana adalah sentra wisata kuliner.
Untuk naik ke lantai dua terdapat dua cara: menaiki tangga biasa atau tangga yang aksesibilitas. Aksesibilitas artinya kemudahan yang disediakan untuk semua orang khususnya disabilitas dan lansia. Patut diapresiasi karena selama ini jarang tempat wisata concern masalah aksesibilitas.
Begitu sampai di lantai dua, puluhan stand atau depot berjajar rapi menawarkan ragam menu masakan. Hampir semuanya berbasis olahan khas Pesisir: sop ikan segar, kare kepiting, gule kepala ikan, cumi asam manis, sate kerang dan sebagainya. Saya tahu itu dari daftar menu yang ada di atas meja lengkap dengan harganya. Daftar menu beserta harga ini membuat pembeli merasa tenang, tak takut dipermainkan harga. Dari segi harga masih tergolong ramah di kantong.
Sistem pemesanannya bisa dengan datang sendiri atau penjual yang menghampiri. Kalau saya memilih menulis pesanan di kertas nota. Kemudian dari kejauhan si penjual datang menghampiri. Kala itu saya memesan sate kerang, mie ayam ceker, pisang goreng coklat dan es teh. Pertama kali nyobain sate kerang ya di sini.
Sambil menunggu pesanan datang, saya iseng-iseng menyalakan wifi. Antara kaget dan bahagia, ternyata di sini ada fasilitas free wifi yang mumpuni. Nah, ini dia yang bikin betah nongkrong. Andai hari itu membawa laptop, pasti bisa sambil ngerjain skripsi di Sentra Ikan Bulak ini.
Ketika makanan datang, bayangan saya seketika tertuju pada Jimbaran Bali. Angin laut yang terasa sejuk ditambah view cantik dari lantai dua ini adalah kombinasi yang sempurna. Apalagi menjelang senja lampu warna-warni mulai menyala menambahkan kehangatan suasana.
“Nanti malam Minggu biasanya ramai, Mas. Sekitar jam delapan malam biasanya sudah mulai penuh,” ujar Ibu penjual saat saya membayar makanan.
Ibu itu bercerita bahwa sudah dua tahun berjualan di Sentra Ikan Bulak. Aslinya dari Trenggalek. Namun, suaminya adalah penduduk setempat yang tak jauh dari Sentra Ikan Bulak.
Ketika saya singgung soal biaya sewa, Ibu yang mengelola salah satu stand PKL tersebut mengaku jika sejauh ini Pemerintah Kota Surabaya masih membebaskan sewa stand termasuk air bersih. Saya kaget. Ternyata Pemkot Surabaya begitu serius dan tulus mendongkrak ekonomi di kawasan Bulak. Kalau dipikir-pikir memang wajar karena Sentra Ikan Bulak ini masih relatif baru sebagai konsekuensi relokasi warung di pinggir jalan. Di dalam Sentra Ikan Bulak ini semua lebih tertata dan bersih.
Selain biaya sewa stand yang gratis, Pemerintah Kota Surabaya bersama swasta juga membantu ihwal standar produk, kebersihan hingga manajemen usaha. Dukungan dari berbagai pihak tak lain untuk menjadikan perekonomian di kawasan Bulak makin bergeliat.
Jika ditanya fasilitas yang ada di Sentra Ikan Bulak, jawabannya adalah lengkap. Selain wifi gratis, disediakan tempat salat di lantai dua bagi yang muslim. Bagaimana dengan kondisi toiletnya? Sungguh bersih dan modern. Mirip-mirip toilet di hotel. Satu lagi, ada ruang laktasi di lantai satu yang dapat dimanfaatkan bagi Ibu menyusui. Komplit sudah fasilitas di Sentra Ikan Bulak ini. Yakin tidak mau datang ke sini?
Nah, itu tadi tempat wisata tersinergi yang berada di kawasan Bulak, Surabaya. Ibarat sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali datang ke Kawasan Bulak, empat destinasi wisata terkunjungi: Taman Suroboyo, Patung Suroboyo, Taman Bulak dan Sentra Ikan Bulak.
Meskipun relatif sepi karena masih baru, namun pengembangan kampung wisata Bulak ini patut diacungi jempol. Pada dasarnya setiap kampung atau daerah memang punya potensi wisata tanpa terkecuali di sekitar pemukiman nelayan. Saya bangga ternyata Surabaya mampu menyulap pemukiman nelayan yang dulunya kumuh dan jarang terjamah menjadi lebih hidup dan tertata.
Dan yang tak kalah penting adalah kemauan masyarakat sekitar untuk maju bersama. Tidak mungkin jalan sendiri-sendiri karena harus bergandengan tangan untuk mewujudkan Surabaya yang lebih baik lagi.
Jadi, rek. Wisata Surabaya tak hanya wisata belanja (mall) saja yaa! Sesekali harus datang ke Kampung Wisata Bulak ini, destinasi wisata baru dengan ciri khas pesisir Surabaya. The Sunrise of Bulak Surabaya.