Cerita Dibalik Awarding Anugerah Pewarta Astra 2017

19 Februari 2018 adalah saat di mana ada sebuah pop up SMS dari Mas Rama (Panitia Anugerah Pewarta Astra 2017). Jarang sekali ada SMS masuk selain dari operator. Sekalinya dapat SMS, isinya informasi bahwa saya menjadi nominasi finalis Anugerah Pewarta Astra 2017. 
Baru dinyatakan nominasi aja tangan udah gemeteran. Senyum-senyum sendiri. Tapi saya masih sadar diri kalau ini masih finalis (katanya 20 besar), jadi ya nggak terlalu berharap banyak. Saya juga diminta untuk tidak memberitahukan informasi ini kepada siapun sebelum pengumuman resmi (5 Maret) sekalipun orang tua.
Tiga hari berikutnya, ada panggilan masuk tapi tidak terjawab dari nomor telepon rumah berawal kode 021 sebanyak 14 kali. Posisinya masih di kampus karena ada kelas sampai malam sehingga tidak sempat buka hp. Udah mulai feeling kalau itu dari Panitia APA 2017. Mau saya telepon balik tapi nggak ada pulsa, mau di SMS juga nggak bisa (ya iyalah kan telepon rumah). Baru inget kalau ada nomor hp panitia (Mas Rama) yang dulu pernah SMS itu. Dengan sisa paket SMS, saya berkabar kalau sudah siap ditelepon balik.
Pembicaraan malam itu masih biasa saja: menyoal apakah bisa hadir ke Jakarta pada Minggu-Senin 5 Maret 2018. Saat itu saya menyanggupi bisa hadir karena pengen ketemu temen-temen blogger Jakarta juga. Ya meskipun nggak juara, tapi setidaknya dapat pengalaman dan lumayan bisa naik pesawat. Terakhir naik pesawat tahun lalu, itu pun juga hadiah lomba, hehehe.

Baca juga: Liburan Gratis dari Ngeblog

Esok harinya sudah ada email yang isinya akan dipesankan tiket ke Jakarta. Dan situlah galau mulai melanda. Ada beberapa tugas kuliah yang menumpuk dan belum saya kerjakan. Saya melamun di gazebo kampus. Tatapan kosong sambil menunggu teman kelompokan hadir. Sesuai permintaan panitia, teman-temanku nggak ada yang tau kalau aku mau ke Jakarta. 

“Ini kan masih nominasi finalis, apa mending nggak usah ke Jakarta ya? apalagi hari Senin ada kuliah Komunikasi Politik, sayang sih kalau bolos,” lamunan seorang mahasiswa yang taat dan takut membolos perkuliahan ini.

Dan akhirnya saya bilang ke panitia kalau dengan berat hati tidak bisa hadir ke Jakarta. Huft, lega. Akhirnya udah bisa fokus ngerjain tugas kuliah dan nggak bolos.
Namun, tiba-tiba dosen memutuskan untuk meniadakan kuliah hari senin. Waduh! Udah terlanjur bilang kalau nggak bisa ke Jakarta, eh kuliah malah diliburkan. Udah ada pertanda kali, hehehe. Setelah tau kalau nggak ada kuliah, aku masih ragu untuk bilang ke panitia. Takutnya dianggap plin plan atau mempermainan perasaan (dalem banget). Tapi dalam hati kecil, niat untuk berangkat ke Jakarta mulai terkumpul kembali. Masih tetap nggak berharap banyak dan feeling jadi juara.
H-3 akhirnya saya bilang ke salah satu Tim Astra kalau bisa hadir ke Jakarta. Dan mereka sangat welcome menanggapi sikapku yang labilisasi ini. Mungkin mereka maklum karena saya adalah kids zaman now. Keesokan harinya, tiket pesawat ke Jakarta sudah ditangan.

Sebelum kebarangkatan, saya fokus menyelesaikan semua tugas kuliah: mulai dari bikin presentasi hingga fotografi. Untungnya tugas bisa dikumpulkan by online.

Baca juga: Jasa Review

By the way, cuaca Surabaya H-1 ke Jakarta sangat mengerikan. Tidak seperti hari-hari sebelumnya. Pagi hari udah hujan deras dan suara petir begitu menggelegar. Padahal biasanya Surabaya panas dan cerah banget. Duhhh, saya jadi mikir yang enggak-enggak kalau cuaca buruk begini. Masa iya mau bilang nggak jadi ke Jakarta karena takut cuaca wkwkwk. Berdoa sajalah semoga esok cuaca cerah 🙂
Suasana Check in Bandara Juanda Surabaya
Hari keberangkatan telah tiba. Pak Gojek sudah menanti depan kosan untuk mengantarku ke Bandara Juanda. Sepanjang perjalanan menuju bandara, hati mulai lega karena langit begitu cerah. Penerbangan berlangsung lancar dan sekitar pukul 13.15 WIB sudah mendarat di Bandara Seokarno-Hatta.

Welcome Jakarta! 

Sesampainya di hotel, saya mulai sadar kalau yang diundang ke Jakarta hanya mereka tiga besar. Artinya, sudah pasti juara; entah itu juara 1, juara 2 atau juara 3. Saya sudah bersyukur sekali. Setidaknya kalau pulang tidak dengan tangan hampa. Tinggal pasrah dan banyakin doa saja, toh juga sudah bagus bisa masuk 3 besar dari ratusan artikel yang masuk.
Detik detik mendebarkan
Tangan saya kembali bergetar hebat saat awarding dimulai. Antara gugup, takut dan kedinginan bercampur menjadi satu. Memegang gelas saja hampir tumpah airnya. Sebenarnya saya tidak perlu khawatir karena sudah pasti dapat apresiasi hadiah.
Ketika juara ketiga telah diumumkan, berarti tinggal menentukan siapa yang juara 1 dan juara 2. Masing-masing dari kami sudah tau orangnya karena kebetulan sudah banyak ngobrol di hotel. Antara Mas Anwar atau saya.

Dan Selamat Mas Anwar akhirnya menjadi Juara 2. Seketika saya yang sujud syukur kegirangan. Padahal belum diumumkan Juara 1 loh wkwkwkwk.

Pengumuman juara 2 ini sebenarnya udah kunci siapa yang juara 1 karena seperti yang bilang tadi bahwa yang diundang ke Jakarta hanya 3 besar. Mungkin tahun depan panitia bisa merubah pola MC dalam membacakan para Juara. Bisa dimulai dari Juara 1 dulu biar lebih menegangkan, hehehe.

“Dan juara 1 adalah Nyala Lentera Pendidikan untuk Tunanetra – Khoirun Nizam”

Alhamdulillah, saya berhasil mendapatkan apresiasi berupa Juara 1 Anugerah Pewarta Astra 2017 kategori umum. Kembali saat itu saya sujud syukur. Memeluk para finalis yang hadir. Berjabat tangan dengan para hadirin yang berada di kanan kiri sambil melangkah ke atas panggung.

Mau nangis nggak bisa, senyum pun nanggung

Masih nggak nyangka banget bisa berada pada posisi ini. Teman bahkan orang tua pun tidak tahu kalau saya di Jakarta. Saat berkabar ke orang tua, mereka justru mengira kalau penipuan. Dari proses lomba hingga ke Jakarta memang orang tua tidak tahu menahu. Yang mereka tahu anaknya kuliah di Surabaya. Tapi saya yakin, orang tualah yang tidak henti-hentinya memberikan doa kepada anaknya.
Berada di Jakarta, saya banyak berjumpa dengan Blogger Indonesia yang selama ini hanya bertemu di grup WhatsApp atau Facebook. Ada Mas Febriyan Lukito, Mbak Ira, Mas Dicapriadi, Mas Adhi Hermawan, Mas Anwar, Kokogiovani, dan masih banyak lagi. Tak lupa, terima kasih saya pada para Juara APA dan LFA yang begitu menginspirasi agar saya semakin lebih baik lagi, khususnya Pak Agus Sudharnoko.

Baca juga: Kalah Menang Dalam Lomba: Sudah Biasa!

Amat menyenangkan pula bisa berkenalan dengan Tim Media Relations Department Corporate Communications Division Astra yang sangat keren. Dan yang tidak kalah mengharukan adalah ketemu lagi dengan Mas Frins dan Mbak Metha karena sebelumnya pernah ketemu di Surabaya dalam Astra 60 Surabaya.

Para Finalis APA & LFA 2018

Baca juga: Ketika Menulis di Blog Dapat Mobil, Haruskah Membuat Blog?

Akhirnya, Jakarta menjadi kota penuh kenangan. Perjalanan mahasiswa di tengah kesibukan perkuliahan mendapat apresiasi yang luar biasa. Ilmu menulis dan jurnalistik di perkuliahan sangat membantu mengantarkanku sampai pada tahap ini. Dan terlepas itu semua, saya yakin ini adalah rezeki dari Tuhan yang telah ditakdirkan. Doa dan usaha bercampur menjadi satu dan membuahkan hasil yang manis. Semoga cerita ini membawa inspirasi untukmu terus berkarya apapun bidangnya: tidak harus menulis. Yakinlah, skenario-Nya adalah tak terduga.

Jakarta, 5 Maret 2018

Mau punya blog juga? Beli hosting dan domain dulu => di sini

Tulisan lainnya :
error: Mohon maaf, copy paste tidak diperkenankan !!