Belajar Toleransi dari Sebuah Gang di Surabaya

Surabaya merupakan kota yang penuh keberagaman. Kota Pahlawan ini terdiri dari beragam agama, etnis, suku atau ras yang hidup berdampingan. Mereka dapat hidup damai dengan balutan persatuan. Surabaya pun pernah mendapat predikat sebagai kota yang toleran.
Sebagai warga pendatang, saya dapat merasakan arti toleransi yang nyata. Saya tinggal di sebuah rumah Kos yang berada di Gubeng Kertajaya 5A Surabaya. Di gang itu berdiri dua tempat ibadah yang berdekatan: Masjid “Jamul Fawaid” dan gereja “Allah adalah Kasih”. Selama dua tahun tinggal di gang ini, tak pernah terdengar keributan atau permusuhan karena mereka saling menghormati. Buktinya, mereka dapat bersatu dalam perbedaan pada malam 17 Agustus yang biasa disebut dengan malam tirakatan.
Malam tirakatan Surabaya
Malam tirakatan Surabaya
Saat itu, saya berkesempatan hadir langsung dalam rangka membaur bersama masyarakat sekitar. Benar sekali, masyarakat di gang tersebut sangat rukun. Mereka saling mengobrol satu sama lain tanpa membedakan agama, etnis atau ras. Saat berdoa, masing-masing berdoa sesuai keyakinan dengan penuh kekhusyukan. Saya juga masih ingat sambutan dari ketua panitia, Josphin. Kala itu, ia menyampaikan pentingnya mendalami makna 17 Agustus dalam kehidupan sehari-hari. Tentang rasa nasionalisme, persatuan, dan gotong royong sesama warga Surabaya.
suasana malam tirakatan di Surabaya
suasana malam tirakatan di Surabaya
Hidup di sebuah rumah kos membuat saya juga makin sadar jika Surabaya itu penuh keberagaman. Surabaya banyak dihuni oleh mereka dari berbagai latar belakang yang berbeda. Ada yang dari Toraja, Jawa Timur, Yogyakarta, Makassar dan sebagainya. Surabaya adalah rumah bersama. Intinya adalah saling menghormati satu sama lain. Tak perlu memaksa agar menjadi sama. Semua punya jalan masing-masing yang harus dihargai tanpa perlu caci maki. Hidup harmoni dalam kebergamaan itu ibarat pelangi yang indah karena punya beragam warna yang menyala.

Baca juga: Menemukan Kebhinnekaan di Kampus

Saya yakin di Surabaya ini ada banyak sekali potret-potret toleransi yang bisa ditemukan. Tempat ibadah beda agama yang berdekatan bukan sesuatu yang langka dijumpai. Keberagaman ini justru menjadi modal sosial untuk maju bersama menyelesaikan segala masalah yang ada. Bukan membesarkan perbedaan tetapi mencari titik persamaan untuk Surabaya yang maju, harmoni, toleran dan nyaman untuk semuanya.

#keberagamanmasyarakat
Tulisan lainnya :
error: Mohon maaf, copy paste tidak diperkenankan !!