Seperti Apa Gaya Berpakaian Ideal di FISIP Unair?

“Mending pakai kemeja atau kaos ya?”


Mahasiswa telah diberikan otonomi dalam menentukan gaya berpakaian. Tak lagi mengenakan seragam putih merah layaknya anak SD atau putih abu-abu seperti anak SMA, mahasiswa bisa meracik style berpakaiannya saat di kampus. Meski demikian, tentu tetap ada batasan yang diberikan seperti halnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga.


Sebagaimana termaktub dalam buku Panduan Pendidikan pasal 56, mahasiswa wajib berpakaian bersih, rapi, sopan dan bersepatu. Sosialiasi dari peraturan itu makin diperjelas dengan dihadirkannya x-banner di tangga FISIP Unair yang secara gamblang memberikan foto ilustrasi bagaimana seharusnya mahasiswa berpakaian: berkemeja, celana panjang dan bersepatu. Kaos seperti benda ‘haram’ yang tidak boleh dikenakan saat di kampus.


Nyatanya, aturan tersebut kurang diamini oleh mahasiswa seutuhnya. Tak semua mahasiswa mengenakan kemeja saat di ruang perkuliahan. Masih ditemukan mahasiswa yang mengenakan kaos tanpa kerah, mahasiswi dengan rok pendeknya dan alas kaki yang bukan sepatu. Artinya, definisi pakaian bersih, rapi, dan sopan masih diperdebatkan.

Tradisi

Tak bisa dipungkiri jika tradisi atau warisan dari para kakak tingkat turut mempengaruhi gaya berpakaian mahasiswa FISIP Unair. Jika kakak tingkatnya juga sering memakai kaos, maka tak menutup kemungkinan jika adik tingkat mengikuti langkah itu. 

Christina Hastowo, misalnya, merasa enjoy saat mengenakan baju lengan pendek. Baginya adalah sah mengenakan kaos selama ada batas kesopannya. “Dari awal masuk itu kaos-an (mengenakan kaos) itu boleh. Jadi, nggak harus berkerah tapi ada batasnya seperti nggak buntung, celana sobek nggak boleh. Selama itu rapi dan sopan itu boleh,” ujar mahasiswa Ilmu Komunikasi 2016 itu.

Senada dengan Christina Hastowo, Annisa Savira juga mengatakan jika FISIP tidak harus formal: selalu berkemeja. Ia sering mengenakan kaos lengan panjang selama perkuliahan dan menurutnya itu termasuk kategori sopan. “FISIP itu identik dengan stereotip jika mahasiswanya sah-sah aja pakai kaos. Tapi sesesopan-sopannya FISIP ya jangan pakai kaos rumahan. Nggak kerah nggak apa-apa, tapi sopan dan enak dilihat,” katanya.

Meski ada pengaruh tradisi, namun tetap ada yang mempertahankan style pakaian formal dan berkemeja saat di kampus. Salah satunya adalah Tahta Rizki yang konsisten dengan kemejanya. Mengenakan kemeja adalah sebuah kebiasaan hidupnya. Hal itulah yang membuatnya konsisten dan tak terpengaruh dengan gaya berpakaian temannya. “Udah terbiasa sih kalau di rumah pakai kemeja. Malah jarang pakai kaos. Udah nyaman pakai kemeja di kampus,” kata mahasiswa asal Sidoarjo tersebut.


Dapat Peringatan

Sejauh ini tak ada sanksi tegas bagi mereka yang melanggar peraturan. Saat perkuliahan berlangsung, beberapa dosen biasanya  memperingatkan mahasiswa yang dinilai kurang sopan dalam berpakaian. Dan lagi-lagi itu tergantung pada karakter dosen karena tidak semua dosen memiliki atensi yang sama terhadap gaya berpakaian mahasiswanya.

Secara umum, aturan harus berkemeja ini dipertegas saat Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Lucky Christian adalah salah satu mahasiswa FISIP Unair yang pernah mendapat peringatan karena mengenakan kaos saat ujian. Ia diminta untuk selalu memakai baju berkerah saat ujian. Bukan kaos oblong. Artinya, tidak harus kemeja namun kaos juga diperbolehkan selama ada kerahnya.

Aturan mengenakan kemeja/kaos berkerah ini sebenarnya juga telah dipraktikan saat dulu mengikuti ujian SBMPTN. Dalam peraturannya sudah jelas jika hanya peserta yang berkerah yang boleh mengikuti ujian masuk perguruan tinggi tersebut.

Kesadaran

Dari kasus yang dialami Lucky Christian tersebut telah mengindikasikan jika pihak fakultas berharap  mahasiswanya selalu mengenakan kemeja/berkerah saat berada di lingkungan kampus. Tidak hanya saat ujian saja. Dalam hal ini ketegasan pihak universitas diperlukan agar tidak ada kebingungan terkait standar sopan yang dipatok. Adalah hal yang aneh jika setiap dosen berkewajiban memperingatkan ihwal berpakaian. 

Pada akhirnya, setiap mahasiswa punya versi sopan yang berbeda-beda. Tak melulu kemeja karena memakai kaos juga bisa dikategorikan sopan selama menaati kaidah-kaidah tertentu: tidak sobek, tidak menampilkan lekuk tubuh dan menerawang. Sudah sepatutnya mahasiswa yang didapuk agent of change itu menilai gaya berpakaiannya sendiri. Sudah bersih, sopan dan rapi, belum?
Dan kembali lagi pada niat awal pergi ke kampus: menambah intelektualitas atau sekedar mencari popularitas? 
Tulisan lainnya :
error: Mohon maaf, copy paste tidak diperkenankan !!