MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), seberapa intim kata tersebut menancap pada akal dan hati kita? Yang jelas, MPR memiliki salah satu badan dalam alat kelengkapan MPR yang bernama Badan Sosialisasi. Badan terebut bertugas, yang diantaranya, memasyarakatkan Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika atau disebut dengan empat pilar. Memasyarakatkan atau mensosialisasikan empat pilar tersebut kepada seluruh rakyat Indonesiaa adalah tugas yang begitu berat. Namun, bukankah menebar pilar-pilar berbangsa dan bernegara itu adalah tugas kita semua? Iya, tugas kita sebagai warga negara yang bangga dengan Indonesia.
Menjadi tidak salah jika MPR lantas menjadi lembaga negara yang pertama kali menggandeng netizen. Ya, keberadaan netizen atau warganet memang tidak bisa dipandang sebelah mata dalam menggiring opini publik. Perannya yang begitu masif tentu memiliki potensi besar dalam menggelorakan kembali spirit persatuan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Inilah mengapa menurut saya menjadi tepat bagi MPR mengundang para netizen mulai dari blogger, vlogger, jurnalis hingga mahasiswa dalam acara ngobrol bareng MPR RI (4/11) yang berasal dari Surabaya dan sekitarnya. Singkat, hangat dan penuh semangat!
foto by: plasticdeath.com
Acara yang bertempat di Fairfield by Marriott Surabaya ini dihadiri oleh Bpk Andriyanto selaku Kepala Bagian Pengolahan Data dan Sistem Informasi Sekjend MPR RI, Bpk. Maruf Cahyono Sekjend MPR RI dan Mba Avy founder Blitz Community.
foto by: plasticdeath.com
Konsistensi
Apa yang lebih sulit dari sekedar membuat acara? Konsistensi. Inilah yang harus terus diupayakan agar acara ngobrol bareng netizen tidak hanya digelar satu kali saja. Menjadi gembira ketika tadi dibocorkan akan ada rencana sebuah event menulis yang hadiahnya akan diundang pada semacam camp selama tiga hari di Jakarta tahun depan. Selain itu, tidak hanya sebatas konsistensi namun juga perlu pemerataan dalam lingkup sosialisasi. Barangkali kota-kota yang jarang terjamah bisa menjadi lokasi dalam memasyarakatkan empat pilar ini.
Media yang tepat
Setiap orang memiliki karakter yang unik yang membuatnya berbeda dengan yang lain. Jika acara-acara semacam sosialisasi ini dilakukan pada anak-anak dengan konsep ceramah nampaknya menjadi sia-sia. Bila dikaitkan dengan zaman now, nampaknya media sosial masih menjadi senjata utama dalam sosialisasi. Ya, memang tidak bisa menolak fakta bahwa Indonesia adalah salah satu negara pengguna media sosial terbanyak di dunia, apalagi pada range usia kisaran 13-24 tahun. Selain itu, konten yang dibuat harus lebih kreatif, misalnya dengan menggunakan meme, komik, ataupun cerita lucu yang menarik perhatian para generasi muda.
Implementasi Empat Pilar
Seperti yang telah kita ketahui bahwa tugas MPR adalah memasyarakatkan Pancasila, UUD NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Tidak sulit untuk mengejawantahkan empat pilar tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dimulai dengan hal sederhana yang dimulai dari diri sendiri.
Ketika ada perbedaan pendapat, jangan dikit-dikit marah. Padahal sebenarnya kita bisa kok jadi ramah. Bukankah negara lain mengenal Indonesia karena keramahannya? Sepakat!
Kita memang bhinneka, tapi tidak sekedar bhinneka. Kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, sehingga perbedaan adalah keniscayaan. Perbedaan jangan diartikan sebagai malapetaka yang sebenarnya bisa menjadi rahmat bagi kita semua.
Konsekuensi menjadi Indonesia adalah menerima perbedaan. Bapak Jokowi saja bilang kalau “kita tidak sama, tapi kita kita kerjasama”. Perbedaanlah yang membuat hidup menjadi harmonis. Sehingga hal yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana cara kita untuk tidak menyalahkan “perbedaan” yang merupakan hakikat sebenarnya dari kehidupan harmonis. Saling melengkapi dan berkolaborasi itu memang indah, guys!
Sebenarnya pemahaman empat pilar kebangsaan dalam kehidupan sehari hari telah dipraktekan leluhur kita sejak dulu. Tidak mungkin tidak karena buktinya Indonesia dapat merdeka dan bersatu karenanya. Kita sebagai generasi muda selayaknya menjadi agen perubahan, bukan hanya jago nyinyiran.
Merawat Indonesia agar tetap berada pada jalur lintasnya, hidup harmonis di tengah keberagaman. Melupakan ego-ego sektoral agar tidak menjadi kekal. Dari mana kita mau memulai jika bukan dimulai dari diri sendiri. Jadilah kids zaman now yang mau bermusyawarah, berdialog, dan menghargai perbedaan.